Beranda | Artikel
Semangat Muslim untuk Terus Lebih Baik
Jumat, 7 Maret 2025

Semangat Muslim untuk Terus Lebih Baik merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Anas Burhanuddin, M.A. dalam pembahasan Washaya wa Taujihat Fi Fiqhi at-Ta’abbud Li Rabbi al-Bariyyat. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 26 Sya’ban 1446 H / 25 Februari 2025 M.

Kajian Tentang Semangat Muslim untuk Terus Lebih Baik

Saat ini, kita berada di halaqah yang ke-9. Sebelumnya, pada halaqah yang ke-7 dan ke-8, kita telah mengkaji bersama tentang istiqāmah dan mudāwamah dalam amal saleh serta kebaikan yang kita lakukan, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam dalam amalan-amalan beliau.

Pada halaqah yang ke-9 ini, kita akan mengkaji bersama tentang renungan yang ke-9. Kitab ini memang berisi wasiat, arahan, faidah, konsep, teori, serta berbagai renungan seputar ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang merupakan tugas utama kita sebagai makhluk.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat[51]: 56)  

Maka, renungan, wasiat, arahan, faidah, konsep, dan teori yang terkait dengan ibadah merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi kita. Kali ini, kita telah sampai pada renungan atau wasiat yang ke-9, yaitu tentang semangat seorang Muslim untuk terus bertambah baik setiap hari, serta agar ia dapat terus naik dalam berbagai tingkatan ‘ubūdiyyah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Seorang Muslim hendaknya selalu berusaha untuk “naik kelas,” berusaha menjadi lebih baik setiap harinya—hari ini lebih baik dari kemarin, esok lebih baik dari hari ini, dan seterusnya. Ia terus berusaha menapaki tingkatan-tingkatan pengabdian kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jangan sampai justru mengalami kemunduran, melemah (futūr), atau semakin jauh dari kebaikan.

Agar seorang Muslim dapat terus menapaki tingkatan-tingkatan ‘ubūdiyyah kepada Allah dan selalu bertambah baik setiap harinya, ia perlu memahami dua hal penting:

Yang pertama adalah Al-Fiqhu bi Asy-Syar‘ – Memahami agama Islam, memahami sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, serta mengenali berbagai amal saleh dan kebaikan yang diajarkan serta dicontohkan oleh beliau.

Semakin banyak kita mengenal sunnah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, semakin banyak pula pilihan kita untuk beramal. Ternyata, masih banyak amal saleh dan kebaikan yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tetapi kita belum mengetahuinya.

Amalan-amalan tersebut bisa berupa berbagai bentuk ibadah, zikir, doa, dan amalan lainnya yang sangat banyak diajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tetapi sebagian di antaranya mungkin masih belum kita ketahui.

Kemudian, setelah kita mengetahui syariat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan sunnah beliau, ada hal kedua yang harus kita pahami dan ketahui, yaitu memahami kemampuan diri sendiri (ma‘rifatun-nafs).

Untuk bisa semakin baik setiap harinya, kita harus memiliki dua hal ini:

  1. Memahami syariat, dan
  2. Memahami diri sendiri.

Setelah itu, kita mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan memilih amalan-amalan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan disyariatkan oleh beliau. Kemudian, kita mengamalkan serta mengerjakannya sesuai dengan kemampuan kita, karena kemampuan setiap orang itu berbeda-beda.

Ada orang yang memiliki kemampuan bertahan yang luar biasa, sehingga ia mampu menjalankan puasa Dāwūd, sementara sebagian yang lain hanya mampu berpuasa tiga hari dalam sebulan.

Ada yang mampu berpuasa Senin-Kamis setiap pekannya, sementara sebagian lainnya hanya mampu menjalankan puasa wajib di bulan Ramadhan.

Ada yang mampu melaksanakan qiyāmul-lail dengan rakaat yang panjang dan jumlah rakaat yang banyak, sementara sebagian lainnya tidak memiliki kemampuan atau semangat untuk melakukannya. Namun, barangkali Allah Subhanahu wa Ta’ala membukakan untuknya pintu ibadah lain, seperti membaca Al-Qur’an, bersedekah, membantu orang lain, atau melakukan ibadah-ibadah sosial.

Oleh karena itu, kita harus mengenali diri kita sendiri—memahami seperti apa kemampuan kita dan amal saleh apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala mudahkan bagi kita, sehingga kita merasa ringan dalam mengerjakannya. Dengan demikian, kita dapat menjadikannya sebagai amalan andalan yang bisa kita lakukan secara konsisten.

Dahulu, di kalangan para sahabat disebutkan bahwa Abdullah bin ‘Umar merasa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membukakan baginya pintu ibadah puasa, sementara Abdullah bin Mas‘ud lebih menyukai amalan-amalan seputar Al-Qur’an, seperti tilawah, tadabbur, dan mempelajari maknanya.

Beliau merasa bahwa inilah amal saleh yang Allah Subhanahu wa Ta’ala bukakan untuknya, sehingga beliau menjadikan tadabbur, tilawah, dan menghafal Al-Qur’an sebagai amalan andalan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan, disebutkan bahwa Abdullah bin Mas‘ud tidak banyak melakukan puasa sunnah, karena beliau merasa puasa dapat mengurangi kekuatannya dalam tilawah, tadabbur, dan mempelajari kandungan Al-Qur’an, yang merupakan amal saleh yang Allah Subhanahu wa Ta’ala bukakan untuknya.

Maka, kita juga perlu mengetahui bagaimana diri kita, termasuk kemampuan fisik kita.

Ada sebagian orang yang, berdasarkan pengalamannya, mengetahui bahwa ia hanya membutuhkan tidur 4 jam di malam hari. Jika kurang dari itu, ia akan merasa capek dan lelah. Maka, jika demikian, ia hendaknya mencukupkan tidurnya sebanyak 4 jam dalam satu malam.

Sementara itu, ada sebagian orang yang merasa cukup hanya dengan tidur 3 jam, sementara sebagian yang lain harus tidur paling tidak 5 jam, 6 jam, atau bahkan 7 jam. Maka, fisik masing-masing dari kita berbeda-beda.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian Mengapa Kita Mendapatkan Hidayah


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54971-semangat-muslim-untuk-terus-lebih-baik/